Rabu, 14 Mei 2014

Satgas Pamtas Darat Yonif 143 Pos Berjongkong



BERJONGKONG ( BALE SERIBU HANTU )

Pos Berjongkong co. 5450.6706 merupakan salah satu pos lintas batas di sepanjang perbatasan Republik Indonesia – Malaysia di wilayah Sajingan Besar. Pos berjongkong merupakan pos lama yang diaktifkan kembali pada tahun 2008 setelah sebelumnya hancur terkena ledakan mortir dalam konfrontasi Republik Indonesia – Malaysia (1962 – 1966). Lokasi pos baru berada di ketinggian dan berada kurang lebih 800 m dari letak pos lama yang hancur. Selain itu di sekitar wilayah pos baru dan lama terdapat banyak kuburan adat dan kuburan-kuburan tentara pada zaman konfrontasi baik itu dari TNI, Laskar melayu, Tentara Inggris, Gurkha maupun warga sipil yang ikut dalam konfrontasi.
Lokasi Pos Berjongkong lama terletak di tepian sungai Berjongkong co.5332.6695 , dan berada di tengah hutan. Pos ini dahulu disebut Pos Bale Seribu Hantu diambil dari cerita adat masyarakat dayak mengenai hantu balai seribu. Hantu Balai Seribu merupakan salah satu mitos hantu atau mahluk mistik di Kalimantan Barat. Hantu Balai Seribu merupakan hantu yang sering mengganggu orang yang masuk ke dalam hutan lebat, kedatangannya ditandai dengan angin kencang, sedangkan wujudnya sendiri tidak terdeskripsi secara jelas dan diyakini oeh masyarakat setempat dapat menyebabkan kecelakaan atau kematian.
Lokasi patok D.352

 
Lokasi pos berjongkong terkenal sangat angker di wilayah Sajingan besar karena dahulunya merupakan daerah hutan larangan sampai dengan Gunung Rasau co.6080.6955. Dikaitkan dengan lokasinya yang berada di tengah Hutan maka terdapat larangan di wilayah Berjongkong apabila saat hujan panas (Jaring) dilarang masuk ke dalam hutan karena dapat disembunyikan oleh hantu, untuk menangkalnya dengan menyisipkan daun atau rerumputan di daun telinga. Sedikit cerita mengenai hantu ini kami alami di Hutan Gunung Rasau pada saat melaksanakan patroli patok batas negara RI- Malaysia D.348 – D.360. Percaya atau tidak percaya perlengkapan navigasi seperti GPS standart ataupun GPS map tidak ada yang berfungsi dengan benar dan lebih anehnya setelah menggunakan kompas, kompas pun berputar tak jelas kemana arah utaranya. Setelah satu hari kami di hutan dan serasa diputar-putar oleh sesuatu yang tidak kasat mata sekira pukul 16.45 wib kami melewati tiga batu yang ditengahnya terdapat patok kayu dan tidak jauh dari lokasi tersebut kami berhasil menemukan patok D.352, dan anehnya setelah kami temukan patok tersebut perlengkapan navigasi kami berfungsi dengan normal kembali. Dapat berita dari warga masyarakat bahwa tiga batu dan patok kayu tersebut merupakan makam tetua dari suku bugis yang membantu dalam konfrontasi RI –Malaysia.

 
Cerita lainnya mengenai Hantu Jembalang Tanah, Bute, Rabing dan Pontianak (Kuntilanak) sangat sering terdengar dari obrolan masyarakat sekitar mengenai hutan Berjongkong tentang penampakan maupun suara-suara aneh yang terdengar. Cerita lain yang menghebohkan adalah pada saat Satgas Pamtas Darat RI-Malaysia Yonif 305/K tahun 2012 membantu mencari seorang warga pencari burung yang hiang pada saat berburu di sekitar pos lama Berjongkong, sekitar puluhan orang dikerahkan utuk mencari warga tersebut dan baru diketemukan sekitar pukul 23.30 WIB dalam kondisi tewas. Para relawan yang mencari warga tersebut terheran-heran dikarenakan dari siang hari mereka memutari lokasi berburu dekat pohon beringin tidak di tepi sungai berjongkong,  mereka tidak mendapati warga tersebut. Baru setelah salah satu relawan mendapat “bisikan gaib” yang menunjukan lokasi jasad itu maka terlihatlah jasad warga tersebut lengkap dengan perlengkapan berburu dan hasi buruannya tanpa ada luka maupun bekas penganiayaan atau kekerasan.
Beribu cerita tentang wilayah berjongkong sampai suatu ketika saya bertemu dengan Bapak Nicodemus dan Bapak Dingga yang merupakan tetua adat Dusun Beruang dan Benua Sajingan yang dahulu ikut mengangkat senjata dalam konfrontasi. Mereka bercerita tentang asal muasal nama pos Berjongkong. Beliau bercerita bahwa Balai Seribu Hantu laksana Tentara Indonesia, jumlahnya sedikit tapi seakan-akan terlihat banyak karena dibantu oleh laskar (warga yang ikut berperang), dan juga kalau sudah bergerak dihutan, gerakannya tidak bisa dibendung dan mematikan. Dan juga kenapa dinamakan Bale Seribu Hantu yaitu disanalah tempat berkumpulnya para hantu, hantu rimba di Berjongkong.
Banyak cerita adat, mitos maupun mistik di wilayah sepanjang perbatasan Republik Indonesia – Malaysia, banyak yang mengajarkan kebaikan maupun ada juga yang mengajarkan tentang rasa takut akan hal-hal yang sebenarnya belum tentu benar, dilihat dari segi positif dan darimana kita melihat sudut pandang tersebut. Asalkan kita bisa tetap berjalan sesuai dengan pepatah “Dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung” maka tentunya kita dapat beradaptasi dengan budaya di daerah yang kita tempati.

Sumber 
              http//palingseru.com
Bapak Nicodemus (Ketua Adat Dusun Beruang)
Bapak Dingga (Ketua Adat Benua Sajingan)